Teori-teori Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah mencakup kedua proses penalaran itu.
Ciri-ciri Penalaran :
- Adanya suatu pola berpikir yang luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
- Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
Penalaran Induktif
Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.
Contoh : Suatu lembaga kanker di Amerika melakukan studi tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan kematian. Antara tanggal 1 Januari dan 31 Mei 1952 terdaftar 187.783 laki-laki yang berumur antara 50 sampai dengan 69 tahun. Kepada mereka dikemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebiasaan merokok mereka pada masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnya keadaan mereka diikuti terus menerus selama 44 bulan. Berdasarkan surat kematian dan keterangan medis tentang penyebab kematiannya, diperoleh data bahwa diantara 11.870 kematian yang dilaporkan 2.249 disebabkan kanker. Dari seluruh jumlah kematian yang terjadi (baik pada yang merokok maupun yang tidak) ternyata angka kematian di kalangan pengisap rokok tetap jauh lebih tinggi daripada yang tidak pernah merokok, sedangkan jumlah kematian pengisap pipa dan cerutu tidak banyak berbeda dengan jumlah kematian yang tidak pernah merokok. Dari bukti-bukti yang terkumpul dapatlah dikemukakan bahwa asap tembakau memberikan pengaruh yang buruk dan memperpendek umumr manusia. Cara yang paling sederhana untuk menghindari kemungkinan itu ialah dengan tidak merokok sama sekali.
Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual ( khusus ) menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
Macam – macam generalisasi :
- Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contohnya: setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi kemudian disimpulkan bahwa : Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31. Dari penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan. Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis.
2.Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Contohnya: setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka gotong royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.
Analogi
Analogi adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan /referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensisal penting yang bersamaan.
Contohnya : Bagaikan badai mengamuk, memorakporandakan segala sesuatu yang ditemui. Rumah-rumah berantakan, pohon-pohon bertumbangan tiada bersisa. Tinggallah akhirnya dataran yang luas dan sunyi dengan puing-puing gedung dan pohon-pohon yang tumbang. Demikianlah penderitaan telah membuatnya hancur luluh tanpa ampun. Rasanya tak ada lagi yang tersisa, kecuali badan yang hampa rasa, tanpa citra, cipta, dan karya.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab akibat. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen).
Contohnya : Kemarin Budi tidak dapat mengerjakan soal ujian. Hari ini pengumuman nilai ujian dan budi mendaptkan nilai jelek. Karena itu, Budi pasti tidak belajar.
Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah Cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Contohnya : Pada pagi hari lalu lintas di Jakarta macet dikarenakan terlalu banyak kendaraan yang menuju daerah Jakarta dan semakin banyaknya para pegawai yang bekerja dijakarta memakai kendaraan pribadi.
Premis
Premis adalah pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan.Kemudian premis dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).
Contohnya : Semua Tanaman membutuhkan air. Akasia adalah tanaman. Akasia membutuhkan air.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi ( pernyataan ) dan sebuah konklusi ( kesimpulan ).
Contohnya : Barang siapa melanggar peraturan harus dihukum. Ia melanggar peraturan. Ia harus dihukum.
Entimem
Entimem adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme. Tetapi di dalam entimem premisnya dihilangkan / tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya : Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari. Pada malam hari tidak ada matahari. Pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis.
Proposisi
Proposisi adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Proposisi merupakan suatu kegiatan rohani baik menyuguhkan atau mengingkari.
Contohnya : Proposisi yang menyuguhkan “Semua orang Negro hitam” dan proposisi yang mengingkarinya “Semua orang Negro tidak hitam”.
Term
Term adalah suatu kata atau kelompok kata yang menempati subjek (S) dan predikat (P). Tidak semua kata adalah term , meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata pada dirinya sendiri merupakan ekspresi verbal dari pengertian, dan bahwa tidak semua kata pada dirinya sendiri sebagai subyek atau predikat didalam suatu proposisi.
Contohnya : Orangtua asuh, Pecinta Alam. Binatang
Metode Ilmiah dan Kaitannya dengan Metodologi Penelitian
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara kerja pikiran dengan cara kerja inilah metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis, karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.
Metode dalam bahasa Yunani berasal dari kata“ methodos, meta, yang berarti sesudah atau diatas, dan hodos berarti suatu jalan atau suatu cara.” ini berarti cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan (
http://Lutpi dkk.metode_ilmiah.com). Ilmiah dalam kamus lengkap bahasa Indonesia masa kini adalah sesuatu yang didasarkan atas ilmu pengetahuan (Bambang Marhijanto,1999:155).
Sedangkan menurut istilah metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis. Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui metode ilmiah, (Sutrisno dan Rita Hanafi,2007:115).
Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi. Secara sederhana, pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja atau metode ilmiah. Metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas persepsi indrawi dan melibatkan ujicoba hipotesis (anggapan sementara) serta teori secara terkendali (menurut Sudarminta (2002) .
Pengamatan indrawi biasanya mengawali maupun mengakhiri proses kerja ilmiah, karena itu cara kerja ilmiah sering juga disebut suatu lingkaran atau siklus empiris. Berpangkal pada pengamatan kejadian-kejadian, baik dari pengalaman langsung dari alam atau dari hasil percobaan yang didesain, melalui induksi dapat dirumuskan hipotesis yang menjelaskan persoalan yang dihadapi. Hipotesis diuji coba kebenarannya, bila benar dalam berbagai pengujian dan ditemukan pola yang berulang, dapat dirumuskan hukum empiris dan bentuk putusan universal. Kumpulan hukum yang serumpun dan tertata secara sistematis membentuk suatu teori ilmiah.
Sedangkan menurut para ahli metode ilmiah adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan cara yang paling tepat dan cepat, dalam melakukan sesuatu (Ahmad Tafsir,1995:9). Sementara metode ilmiah menurut Jujun S. Suriasumantri (2003:119) merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Kemudian Abdurahman Fathoni (2006:59) memperjelas bahwa metode ilmiah adalah cara dan sekaligus proses berlangsungnya kegiatan membangun ilmu pengetahuan dari pengetahuan yang masih bersifat pra ilmiah yang dilakukan secara sistematis dan mengikuti asas pengaturan prosedur tekhnik normatif, sehingga memenuhi persyaratan kesahihan atau kekhususan keilmuan yang lazim juga disebut validitas ilmiah yang secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.
Dengan berdasarkan pengertian-pengertian para ahli di atas, maka metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup tindakan pikiran, pola kerja secara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pangetahuan atau mengembangkan pengetahuan secara ilmiah yang memiliki kesahan ilmiah, memenuhi validitas ilmiah atau secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan sehingga pengetahuan tersebut dapat diandalakan dan dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.
Metode ilmiah ini pada dasarnya adalah sama bagi semua disiplin keilmuan yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu–ilmu sosial. Bilapun terdapat perbedaan dalam kedua kelompok keilmuan ini maka perbedaan tersebut sekedar terletak pada aspek-aspek tekniknya dam bukan pada struktur berpikir atau aspek metodologinya.
Karakteristik Metode Ilmiah
Sebelum membahas bagaimana karakteristik metode ilmiah, ada baiknya kita mengetahui dulu sikap ilmiah yang semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan, karena metode ilmiah selalu didasari oleh sikap ilmiah (
http://Metode_ilmiah.com ) Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
a.Rasa ingin tahu
b.Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
c.Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
d.Tekun (tidak putus asa)
e.Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
f.Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain
Secara khusus metode ilmiah berkaitan dengan metodologi dengan rancangan tata-fikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan, (Abdul Munir Mulkhan, 1994, hlm. 53). Karenanya metode ilmiah memiliki karakteristis tersendiri sebagai jalan mencari tahu serta permasalahan metolodogi yang berhubungan dengan tahapan-tahapan tindakan penelitian dalam rangka mendapatkan ilmu.
Menurut Abdurrahman Fathoni (2006 ) Ada enam karakteristik metode ilmiah yaitu: (a) Berdasarkan fakta, (b) Pertimbangan objektif, (c) Asas analitik, (d) Sifat kuantitatif, (e) Logika dedukatif/hipotetik, (f) Logika induktif generalisasi.
Sedangkan menurut A. Nashrudin dalam juga menyebutkan ada 6 karakteristik metode ilmiah yang meliputi
a.Berdasarkan Fakta
b.Bebas dari Prasangka
c.Menggunakan Prinsip Analisa
d.Menggunakan Hipotesa
e.Menggunakan Ukuran Obyektif
f.Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan setidaknya ada empat karakteristik metode ilmiah yaitu sistematik, logis, empirik, dan replikatif, setidaknya ke empat karakteristik ini sudah merangkum karakteristik yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dan dari karakteristik ini kita dapat mengetahui apa yang dinamakan metode ilmiah. Lebih lanjut karakteristik metode ilmiah ini adalah :
- Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
- Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
- Empirik. Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
- Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Langkah-langkah Metode Ilmiah
Suatu pengetahuan dapat disebut sebagai pengetahuan ilmiah bila didukung dua komponen yaitu konteks penemuan (context of discovery) dan konteks justifikasi (context of justification) yang memberikan justifikasi dalam penemuan tersebut (Jujun S. Suriasumantri,2007.
Dalam metode penemuan pengetahuan ilmiah yang didahulukan adalah konteks penemuan yang merupakan hasil induksi dari pengamatan. Konteks justifikasi diberikan kemudian, yaitu berupa deduksi dari pengetahuan yang ditemukan, yang selanjutnya diverifikasi secara empirik untuk mendapatkan temuan yang ilmiah maka langkah penemuan harus ilmiah atau menggunakan metode ilmiah.
Metode ilmiah penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan umum terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat. Alur pikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypo-thetico-verifikasi pada dasarnya terdiri dari langkah langkah tertentu.
Menurut Sutrisno dan Rita Hanafi (2007:157) ada enam langkah-langkah sistematis keilmuan yaitu :
(a) Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah
(b) Menyusun kerangka berfikir
(c) Merumuskan hipotesis secara empirik
(d) Melakukan perubahan
(e) Menguji hipotesis secara empirik
(f) Menarik kesimpulan.
Menurut Suryadi Subrata (1983:66) langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
a.Identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah
b.Penelaahan kepustakaan
c.Penyusunan hipotesis
d.Identifikasi, klasifikasi dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
e.Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
f.Penyususnan rancangan penelitian
g.Penentuan sampel
h.Pengumpulan data
i.Peneglolaan dan analisis data
j.Interpretasi hasil data
k.Penyususnan laporan
Namun menurut Abdurahman Fathoni (2006:71) langkah metode ilmiah ada lima, yang meliputi :
(a) Penetapan masalah
(b) Penyusunan kerangka berpikir dan premis-premis
(c) Perumusan hipotesis
(d) Pengujian hipotesis
(e) Penarikan hipotesis.
Dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abclson (1933) memberikan langkah-langkah berikut:
a.Tentukan judul. Judul dinyatakan secara singkat
b.Pemilihan masalah. Dalam pemilihan ini harus:
1)Nyatakan apa yang disarankan oleh judul.
2)Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut.
3)Sebutkan ruang lingkup penelitian.
- Pemecahan masalah. Dalam pemecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut:
1)Analisa harus logis.
2)Prosedur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat.
3)Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan.
4)Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang digunakan.
5)Tunjukkan cara data diolah sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah.
6)Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta hubungannya dalam berbagai fase penelitian.
d.Kesimpulan
e.Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan dengan masalah.
Nyatakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi biografi yang mungkin ada manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah.
Sementara Schluter (1926) secara lengakap memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a.Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
b.Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-masalah yang ingin dipecahkan.
c.Membangun sebuah biografi.
d.Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
- Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
f.Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
g.Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
h.Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
i.Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
j.Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
k.Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
l.Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
m.Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
n.Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
o.Menulis laporan penelitian (http;//karakteristik_metodeilmiah.com).
Sedangkan menurut Jujun S Suriasumantri kerangka berfikir ilmiah yang berintikan proses logico_hypothetico_verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
a.Perumusan masalah
b.Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis
c.Perumusan hipotesis
d.Pengujian hipotesis
e.Penarikan kesimpulan ( Jujun S Surya Sumantri,2003:127).
Sementara menurut Mardalis dalam melakukan penelitian seseorang dituntut untuk mengetahui dan menerapkan ciri-ciri atau prinsip-prinsip seperti berikut:
a.Penelitian perlu dirancang dan diarahkan guna memecahkan suatu masalah tertentu yang pada akhir penelitian hasilnya dapat menjawab maslah tersebut.
b.Penelitian tekananya untuk mengembangkan generalisasi, prinsip-prinsip, serta teori-teori, dengan demikian hasilnya mempunyai nilai deskripsi dan prediksi. Dalam hubungan ini, penemuannya terfokus pada suatu objek, kelompok atau situasi tertentu dan spesifik.
c.Berangkat dan bermula pada masalah atau objek yang diteliti/diobservasi. Prosedur penelitian tidak dapat digunakan untuk menjawab masalh yang tidak bisa diobservasi dan tidak mempunyai bukti empiris.
d.Penelitian memerlukan observasi dan deskripsi yang akurat, untuk itu peneliti menggunakan kuantifikasi serta berbagai alat ukur/perhitungan dan deskripsinyang cermat ( Mardalis,2004:24)
Dari pedoman beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan metode ilmiah sekurang-kurangnya ada tujuh langkah yang harus dilakukan meliputi (a) merumuskan serta mengidentifikasai masalah, (b) mengadakan studi kepustakaan, (c) perumusan hipotesis, (d) pengumpulan data, (e) pengujian hipotesis, (f) penarikan kesimpulan, (g) membuat laporan ilmiah. Penjelasan lebih lanjut adalah :
a.Merumuskan serta mengidefinisikan masalah
Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika kita tertarik pada sesuatu hal. Ketertarikan ini karena manusia memiliki sifat perhatian. Pada saat kita tertarik pada sesuatu, sering timbul pertanyaan dalam pikiran kita. Perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkan masalah tersebut. Perumusan masalah juga berarti pertanyaan mengenai suatu objek serta dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan objek tersebut. Kemudian Sebutkan beberapa kata kunci (key words) yang terdapat dalam masalah misalnya masalah yang dipilih adalah Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh? Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya.
b.Mengadakan studi kepustakaan
Setelah masalah dirumuskan, langkah kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan olch seorang peneliti. Ada kalanya. perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan secara bersamaan.
c.Perumusan hipotesis
Langkah ketiga merumuskan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan simpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d.Pengumpulan data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan. Bergantung dari masalah yang dipilih serta metode penelitian yang akan digunakan. teknik pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan. misalnya. data diperoleh dan plot-plot percobaan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Pada metode sejarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questioner Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung terhadap perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok orang-orang yang diteliti.
e.Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan.
Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat bukti-bukti yang mendukung hipotesis.
f.Penarikan kesimpulan
Langkah ke enam adalah penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup untuk mendukung hipotesis, maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, jika dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah, sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis, yang berarti bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.
g.Membuat laporan ilmiah
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Laporan ini berguna agar apa yang kita teliti itu dapat dikatahui dan di akui oleh orang lain sebagai hasil penelitian kita selain itu berfungsi sebagai alat menyampaikanperkembangan ilmu yang merupakan hasil penelitian kita kepada masyarakat luas.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Meskipun langkah-langkah ini secara konseptual tersusun dalam urutan yang teratur, yaitu langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya, namun dalam prakteknya sering terjadi lompatan-lompatan. Hubungan antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya tidak terkai secara statis melainkan bersifat dinamis dengan proses pengkajian ilmiah yang tidak semata-mata mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas. Sering terjadi bahwa langkah yang satu bukan merupakan landasan bagi langkah yang berikutnya namun sekaligus merupakan landasan koreksi bagi langkah yang lain. Dengan jalan ini diharapkan diprosesnya pengetahuan yang bersifat konsisten dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya serta teruji kebenarannya secara empiris.
Sumber : https://wijayaswy.wordpress.com/2015/03/13/teori-penalaranmetode-ilmiah-serta-kaitannya-dengan-metodologi-penelitian/